Pakaian tradisional melayu
riau terdiri dari berbagai macam
jenis.Jenis pakaian ini tergantung pada situasi dan kondisi si pemakai dan
kegiatan yang lakukan, misalnya untuk acara resmi atau untuk dikenakan dalam
kegiatan sehari-hari.
1. Asal-usul
Pakaian merupakan simbol
budaya yang menandai perkembangan, akulturasi, dan kekhasan budaya tertentu.
Pakaian dapat pula menjadi penanda bagi pemikiran masyarakat, termasuk pakaian
tradisional masyarakat melayu riau.Pakaian tradisionalnya terdiri atas pakaian
harian dan pakaian resmi/pakaian adat.
Pakaian harian dipakai setiap
hari, baik oleh anak-anak, dewasa, maupun orang tua. Pakaian sehari-hari
dikenakan untuk berbagai kegiatan harian, misalnya saat bekerja di ladang,
bermain, ke laut, di rumah, maupun kegiatan yang lain. Jenis pakaian untuk
perempuan dikelompokkan menjadi pakaian perempuan anak-anak dan pakaian
perempuan dewasa.Sedangkan pakaian resmi atau pakaian adat dikenakan pada
acara-acara tertentu yang berkenaan dengan kegiatan resmi atau pada saat acara
adat.Warna, bentuk, dan model pakaian adat ditentukan berdasarkan filosofi
masyarakat Indragiri Hulu yang mengandung nilai-nilai tertentu.
Masyarakatnya masih memegang
adat dengan teguh.Pengaruh adat terasa dalam sikap dan perilaku sebagian besar
masyarakat, terutama di daerah pedesaan/perdalaman.yang kemudian membentuk satu
budaya baru, yang salah satunya tercermin dalam pakaian yang dikenakan.
Selain itu, pakaian dan
perhiasan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan atau kegunaan estetika, namun
juga mengandung semangat tertentu. Semangat tersebut melingkupi nilai budi dan
kejujuran hidup .
2. Jenis Pakaian
Pakaian orang-orang daerah melayu
riau dibedakan menjadi beberapa jenis menurut fungsinya yaitu:
a. Pakaian Harian
Pakaian harian adalah pakaian
yang dikenakan ketika melakukan kegiatan sehari-hari. Berdasarkan kelompok
pemakai, pakaian harian dapat dibedakan menjadi pakaian anak-anak, pakaian
dewasa, dan pakaian orang tua atau setengah baya.
Pakaian Anak-anak
Pakaian anak laki-laki yang
masih kecil disebut baju monyet.Setelah beranjak besar, anak laki-laki memakai
Baju Teluk Belanga atau Baju Cekak Musang.Terkadang juga memakai celana
setengah atau bawah lutut, kopiah, dan tutup kepala dari kain segi empat.Anak
laki-laki juga memakai sarung ketika pada saat mengaji dan beribadah.Sedangkan
untuk anak perempuan yang belum dewasa memakai baju kurung yang selaras dengan
kain bermotif bunga atau satu warna dengan kain tersebut.
Pakaian Dewasa
Pakaian anak laki-laki yang
telah dewasa disebut Baju Kurung Cekak Musang yang dilengkapi dengan kain
samping berupa sarung perekat dan kopiah atau ikat kepala.Sedangkan untuk
perempuan memakai Baju Kurung Laboh, Baju Kebaya Pendek, dan Baju Kurung Tulang
Belut.Baju ini dipadukan dengan kain sarung batik dan penutup kepala berupa
selendang atau tudung lingkup.Perempuan yang melakukan kegiatan di
ladang atau sawah biasanya memakai tutup kepala berupa selendang atau kain
belacu yang dinamakan tengkuluk.
Pakaian Orangtua
Pakaian untuk perempuan tua
setengah baya ada berbagai macam, seperti Baju Kurung Teluk Belanga (Baju
Kurung Tulang Belut), Kebaya Laboh, dan Baju Kebaya Pendek yang biasa dipakai
untuk pergi ke ladang. Kerudung untuk menutupi kepala berupa selendang segi
empat yang dibentuk segitiga sehingga menyerupai jilbab. Sedangkan untuk
laki-laki orang tua dan setengah baya memakai Baju Kurung Teluk Belanga atau
Baju Kurung Cekak Musang.Bahan pakaian ini adalah kain katun atau kain lejo.Baju
ini agak longgar sehingga nyaman dipakai.
Baju Kurung Leher Cekak Musang di pakai
untuk laki-laki tua, muda, dan anak-anak
cara memakai :
kain di ikat dagang dalam, kain labuh ke bawah lutut. Pinggang bengkung lebar,
keris terpampang sebelah kiri, kepala memakai destar, seluar labuh sampai ke
keting. Itu
b. Pakaian Resmi
Pada zaman dahulu, pakaian
resmi dipakai ketika menghadiri pertemuan resmi yang diadakan oleh kerajaan.
Sedangkan di masa sekarang, pakaian resmi dikenakan dalam berbagai acara
pemerintahan.Pakaian resmi untuk laki-laki adalah Baju Kurung Cekak Musang
lengkap dengan kopiah, kain samping yang terbuat dari kain tenun Siak,
Indragiri, Daik, dan daerah-daerah di Riau lainnya.
Bahan Baju Kurung Cekak Musang
berupa kain sutra, kain satin, atau kain berkualitas tinggi lainnya. Sebagai
perlengkapannya antara lain kopiah dan kain samping. Bahan untuk kain samping
adalah bahan yang terpilih, seperti kain songket dan kain tenun lainnya.Sistem
memakai kain samping ini ada dua macam, yaitu ikat dagang dalam dan ikat dagang
luar.
Pakaian resmi untuk perempuan
dewasa adalah Baju Melayu Kebaya Laboh dan Baju Kurung Cekak Musang.Bahan untuk
membuat kedua baju ini adalah kain songket atau kain terpilih lainnya seperti
Tenun Siak, Tenun Indragiri, Tenun Trengganu, dan lain-lain.Bentuk Baju Kurung
atau Kebaya Laboh ini mengikuti bentuk tubuh si pemakai, namun tidak terlalu
longgar dan tidak terlalu sempit.Panjang baju perempuan yang masih gadis adalah
tiga jari di atas lutut, sedangkan untuk orang tua panjang bajunya tiga jari di
bawah lutut.
c. Pakaian Upacara Adat
Pakaian tradisional yang
dipakai pada saat upacara adat dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu pakaian
untuk perempuan dan pakaian untuk laki-laki.
Pakaian upacara untuk
perempuan yang masih gadis berbeda dengan pakaian untuk perempuan yang sudah
menikah.Jenis pakaian yang dipakai untuk perempuan tua adalah Baju Kurung
Tulang Belut.Sedangkan untuk perempuan setengah baya dan gadis adalah Baju
Kebaya Laboh Cekak Musang berwarna hitam yang terbuat dari bahan sutra.Warna
hitam pada pakaian ini hanya dipakai pada waktu upacara adat penobatan raja,
menteri, atau datuk. Sedangkan untuk upacara adat yang lain, semisal upacara
penerimaan tamu agung atau pun upacara penerimaan anugerah, para perempuan
memakai baju berwarna kuning.
Selain memakai baju kurung dan
kebaya, perempuan Melayu yang menghadiri upacara adat juga memakai
sanggul. Sanggul tersebut berbentuk sanggul joget, sanggul lipat pandan yang
berhiaskan bunga goyang di atasnya.Di sebelah kanan sanggul dihiasi jurai
panjang dan di sebelah kiri dihiasi jurai pendek.
Baju
kebaya labuh dikecilkan sedikit untuk mengikut bentuk badan pemakai. Kain
sarung diikat secara ikatan kuncup iaitu kepala kainnya dilingkup ke bahagian
hadapan. Ia dipakai dengan kancing berbunga atau kerongsang yang berasingan
atau yang berantai. Baju kebaya pendek pula telah diubah suai untuk kelihatan
lebih menarik dengan mengadakan sulaman berbiku di bahagian hujung lengan, dan
di tepi bahagian belahan serta di bucu baju.
d. Pakaian Upacara Perkawinan
Baju pengantin laki-laki
Melayu adalah Baju Kurung Cekak Musang atau Baju Kurung Teluk Belanga. Baju
Kurung Teluk Belanga terbuat dari bahan tenunan Siak, Indragiri, Daek, maupun
Trengganu dengan warna merah, biru, kuning, dan hitam.
Selain Baju Kurung Cekak
Musang, pakaian pengantin laki-laki adalah kain samping motif yang serupa
dengan celana dan baju, distar berbentuk mahkota dipakai di kepala, sebai
warna kuning di bahu kiri, rantai panjang berbelit dua dikalungkan di leher, canggai
yang dipakai di kelingking, sepatu runcing di bagian depan, dan keris hulu
burung serindit pendek yang diselipkan di sebelah kiri.
Busana yang dikenakan
pengantin perempuan berbeda-beda, tergantung jenis upacara adatnya.Pengantin
perempuan pada upacara Malam Berinai memakai Baju Kurung Teluk
Belanga.Sedangkan saat Upacara Barandam, pengantin perempuan memakai Baju
Kurung Kebaya Laboh atau Kebaya Pendek.Kepala hanya memakai sanggul yang
dihiasi dengan bunga-bunga.Pakaian pengantin perempuan pada Upacara Akad Nikah
adalah Baju Kebaya Laboh atau Baju Kurung Teluk.Kemudian untuk pakaian pada waktu
upacara Bersanding adalah Kebaya Laboh atau Baju Kurung Teluk Belanga.
Dengan demikian jelaslah bahwa
pakaian tradisional dalam khazanah kebudayaan Melayu di Riau kerap dikaitkan
dengan upacara adat.Upacara itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu upacara jenis
kegiatan dan upacara adat-istiadat.Jenis pakaian yang dikenakan, perhiasan yang
dipakai, dan warna pakaian juga ditentukan menurut jenis upacara.
3. Fungsi
Bagi masyarakat, pakaian bukan
hanya berfungsi untuk melindungi tubuh, namun juga mempunyai fungsi-fungsi
tertentu yang berhubungan dengan adat dan kepercayaan masyarakat. Beberapa
fungsi pakaian adat bagi masyarakat Melayu adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Budaya
Pakaian tradisional dapat
menjadi ciri kebudayaan tertentu dalam suatu masyarakat. Secara umum, fungsi
pakaian untuk menutup tubuh. Namun, kemudian muncul berbagai aksesori dan ciri
khas yang membedakan antara suatu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Bagi
masyarakat, pakaian menjadi simbol yang dipakai dalam pelaksanaan upacara atau
dalam acara-acara tertentu.Setiap upacara mempunyai jenis pakaian yang berbeda
yang tentu saja juga berbeda dengan pakaian yang dikenakan sehari-hari.
b.Fungsi Estetik
Estetika busana Melayu Riau
muncul dalam berbagai bentuk hiasan yang terdapat dalam pakaian tersebut.
Selain berbagai hiasan, warna-warna dalam pakaian tradisional Riau juga
mengandung makna-makna tertentu.Misalnya, warna kuning mengandung arti
kekuasaan.Pakaian dengan warna seperti ini biasanya diperuntukkan bagi sultan
atau raja.Warna hitam mengandung makna keberanian.Pakaian dengan warna seperti
ini biasanya dipakai oleh para hulubalang dan para petarung yang melambangkan
ketangkasan mereka.
c. Fungsi Religius
Pakaian tradisional melayu
riau mengandung makna dan berfungsi keagamaan. Pengaruh Islam dalam tata cara
berpakaian sedikit banyak berpengaruh pada pakaian daerah melayu riau, di mana
fungsi pakaian adalah untuk menutup aurat. Hal ini dapat kita lihat pakaian
perempuan yang berbentuk baju kurung, kerudung, dan menutupi hampir semua
anggota tubuhnya.Selain dari bentuknya, fungsi religius pakaian tradisional nya
juga terlihat dari simbol yang digunakan sebagai hiasan yang berbentuk bulan
dan bintang.Simbol tersebut mengandung makna ketakwaan terhadap Tuhan.Fungsi
religius busana Melayu di daerah ini khususnya Riau juga muncul di berbagai
media yang mereka gunakan untuk upacara, misalnya adanya kelengkapan tepung
tawar.
d. Fungsi Sosial
Pakaian tradisionalnya
mengandung makna dan berfungsi secara sosial. Pakaian tradisional yang dipakai
masyarakat, baik yang berasal dari golongan bangsawan maupun masyarakat biasa
adalah sama, yaitu baju kurung. Perbedaannya hanya terletak pada bahan dan
warna yang dipilih, dikarenakan dalam tradisi masyara melayu riau warna pakaian
mempunyai lambang dan makna tertentu.
e. Fungsi Simbolik
Pakaian tradisional melayu
riau mempunyai makna simbolik tertentu yang dapat diterka lebih dahulu untuk
mengetahui maknanya. Nilai-nilai simbolik yang terkait dengan pakaian
tradisional, perhiasan, serta kelengkapannya terdapat pada kostum yang dipakai
dalam upacara-upacara tradisional.Busana bukan hanya dimaknai sebagai pakaian
yang dipakai, namun juga peralatan upacara yang digunakan.Beberapa makna yang
terkandung dalam busana tradisional masyarakat Melayu misalnya sirih (lambang
persaudaraan dan kehormatan), bibit kelapa (simbol keturunan), payung (tempat
bernaung). Pakaian yang dikenakan orang-orang Melayu Riau memperlihatkan bahwa
hampir setiap apa yang mereka kenakan mengacu pada simbol-simbol tertentu.
4. Nilai-nilai
Nilai-nilai yang terkandung
dalam pakaian tradisional adalah sebagai berikut:
Pakaian yang di kenakan merupakan wujud dari rasa
malu atau adanya rasa malu karena mereka sudah beranjak ke kehidupan yang
modern.
dan pakaian juga sebagai penutup dan pelindung dari pengaruh buruk cuaca.
sekaligus menunjukkan setatus si pemakai.