Kamis, 21 Maret 2013

Pakaian masyarakat melayu Riau


Pakaian tradisional melayu riau  terdiri dari berbagai macam jenis.Jenis pakaian ini tergantung pada situasi dan kondisi si pemakai dan kegiatan yang lakukan, misalnya untuk acara resmi atau untuk dikenakan dalam kegiatan sehari-hari.
1. Asal-usul
Pakaian merupakan simbol budaya yang menandai perkembangan, akulturasi, dan kekhasan budaya tertentu. Pakaian dapat pula menjadi penanda bagi pemikiran masyarakat, termasuk pakaian tradisional masyarakat melayu riau.Pakaian tradisionalnya terdiri atas pakaian harian dan pakaian resmi/pakaian adat.
Pakaian harian dipakai setiap hari, baik oleh anak-anak, dewasa, maupun orang tua. Pakaian sehari-hari dikenakan untuk berbagai kegiatan harian, misalnya saat bekerja di ladang, bermain, ke laut, di rumah, maupun kegiatan yang lain. Jenis pakaian untuk perempuan dikelompokkan menjadi pakaian perempuan anak-anak dan pakaian perempuan dewasa.Sedangkan pakaian resmi atau pakaian adat dikenakan pada acara-acara tertentu yang berkenaan dengan kegiatan resmi atau pada saat acara adat.Warna, bentuk, dan model pakaian adat ditentukan berdasarkan filosofi masyarakat Indragiri Hulu yang mengandung nilai-nilai tertentu.
Masyarakatnya masih memegang adat dengan teguh.Pengaruh adat terasa dalam sikap dan perilaku sebagian besar masyarakat, terutama di daerah pedesaan/perdalaman.yang kemudian membentuk satu budaya baru, yang salah satunya tercermin dalam pakaian yang dikenakan.
Selain itu, pakaian dan perhiasan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan atau kegunaan estetika, namun juga mengandung semangat tertentu. Semangat tersebut melingkupi nilai budi dan kejujuran hidup .
2. Jenis Pakaian
Pakaian orang-orang daerah melayu riau dibedakan menjadi beberapa jenis menurut fungsinya yaitu:
a. Pakaian Harian
Pakaian harian adalah pakaian yang dikenakan ketika melakukan kegiatan sehari-hari. Berdasarkan kelompok pemakai, pakaian harian dapat dibedakan menjadi pakaian anak-anak, pakaian dewasa, dan pakaian orang tua atau setengah baya.
 Pakaian Anak-anak
Pakaian anak laki-laki yang masih kecil disebut baju monyet.Setelah beranjak besar, anak laki-laki memakai Baju Teluk Belanga atau Baju Cekak Musang.Terkadang juga memakai celana setengah atau bawah lutut, kopiah, dan tutup kepala dari kain segi empat.Anak laki-laki juga memakai sarung ketika pada saat mengaji dan beribadah.Sedangkan untuk anak perempuan yang belum dewasa memakai baju kurung yang selaras dengan kain bermotif bunga atau satu warna dengan kain tersebut.
Pakaian Dewasa
Pakaian anak laki-laki yang telah dewasa disebut Baju Kurung Cekak Musang yang dilengkapi dengan kain samping berupa sarung perekat dan kopiah atau ikat kepala.Sedangkan untuk perempuan memakai Baju Kurung Laboh, Baju Kebaya Pendek, dan Baju Kurung Tulang Belut.Baju ini dipadukan dengan kain sarung batik dan penutup kepala berupa selendang atau tudung lingkup.Perempuan yang melakukan kegiatan di ladang atau sawah biasanya memakai tutup kepala berupa selendang atau kain belacu yang dinamakan tengkuluk.
Pakaian Orangtua
Pakaian untuk perempuan tua setengah baya ada berbagai macam, seperti Baju Kurung Teluk Belanga (Baju Kurung Tulang Belut), Kebaya Laboh, dan Baju Kebaya Pendek yang biasa dipakai untuk pergi ke ladang. Kerudung untuk menutupi kepala berupa selendang segi empat yang dibentuk segitiga sehingga menyerupai jilbab.  Sedangkan untuk laki-laki orang tua dan setengah baya memakai Baju Kurung Teluk Belanga atau Baju Kurung Cekak Musang.Bahan pakaian ini adalah kain katun atau kain lejo.Baju ini agak longgar sehingga nyaman dipakai.
Baju Kurung Leher Cekak Musang di pakai untuk laki-laki tua, muda, dan anak-anak
cara memakai :
kain di ikat dagang dalam, kain labuh ke bawah lutut. Pinggang bengkung lebar, keris terpampang sebelah kiri, kepala memakai destar, seluar labuh sampai ke keting. Itu
b. Pakaian Resmi
Pada zaman dahulu, pakaian resmi dipakai ketika menghadiri pertemuan resmi yang diadakan oleh kerajaan. Sedangkan di masa sekarang, pakaian resmi dikenakan dalam berbagai acara pemerintahan.Pakaian resmi untuk laki-laki adalah Baju Kurung Cekak Musang lengkap dengan kopiah, kain samping yang terbuat dari kain tenun Siak, Indragiri, Daik, dan daerah-daerah di Riau lainnya.
Bahan Baju Kurung Cekak Musang berupa kain sutra, kain satin, atau kain berkualitas tinggi lainnya. Sebagai perlengkapannya antara lain kopiah dan kain samping. Bahan untuk kain samping adalah bahan yang terpilih, seperti kain songket dan kain tenun lainnya.Sistem memakai kain samping ini ada dua macam, yaitu ikat dagang dalam dan ikat dagang luar.
Pakaian resmi untuk perempuan dewasa adalah Baju Melayu Kebaya Laboh dan Baju Kurung Cekak Musang.Bahan untuk membuat kedua baju ini adalah kain songket atau kain terpilih lainnya seperti Tenun Siak, Tenun Indragiri, Tenun Trengganu, dan lain-lain.Bentuk Baju Kurung atau Kebaya Laboh ini mengikuti bentuk tubuh si pemakai, namun tidak terlalu longgar dan tidak terlalu sempit.Panjang baju perempuan yang masih gadis adalah tiga jari di atas lutut, sedangkan untuk orang tua panjang bajunya tiga jari di bawah lutut.
c. Pakaian Upacara Adat
Pakaian tradisional yang dipakai pada saat upacara adat dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu pakaian untuk perempuan dan pakaian untuk laki-laki.
Pakaian upacara untuk perempuan yang masih gadis berbeda dengan pakaian untuk perempuan yang sudah menikah.Jenis pakaian yang dipakai untuk perempuan tua adalah Baju Kurung Tulang Belut.Sedangkan untuk perempuan setengah baya dan gadis adalah Baju Kebaya Laboh Cekak Musang berwarna hitam yang terbuat dari bahan sutra.Warna hitam pada pakaian ini hanya dipakai pada waktu upacara adat penobatan raja, menteri, atau datuk. Sedangkan untuk upacara adat yang lain, semisal upacara penerimaan tamu agung atau pun upacara penerimaan anugerah, para perempuan memakai baju berwarna kuning.
Selain memakai baju kurung dan kebaya, perempuan  Melayu yang menghadiri upacara adat juga memakai sanggul. Sanggul tersebut berbentuk sanggul joget, sanggul lipat pandan yang berhiaskan bunga goyang di atasnya.Di sebelah kanan sanggul dihiasi jurai panjang dan di sebelah kiri dihiasi jurai pendek.   
Baju kebaya labuh dikecilkan sedikit untuk mengikut bentuk badan pemakai. Kain sarung diikat secara ikatan kuncup iaitu kepala kainnya dilingkup ke bahagian hadapan. Ia dipakai dengan kancing berbunga atau kerongsang yang berasingan atau yang berantai. Baju kebaya pendek pula telah diubah suai untuk kelihatan lebih menarik dengan mengadakan sulaman berbiku di bahagian hujung lengan, dan di tepi bahagian belahan serta di bucu baju.
d. Pakaian Upacara Perkawinan
Baju pengantin laki-laki Melayu adalah Baju Kurung Cekak Musang atau Baju Kurung Teluk Belanga. Baju Kurung Teluk Belanga terbuat dari bahan tenunan Siak, Indragiri, Daek, maupun Trengganu dengan warna merah, biru, kuning, dan hitam.
Selain Baju Kurung Cekak Musang, pakaian pengantin laki-laki adalah kain samping motif yang serupa dengan celana dan baju, distar berbentuk mahkota dipakai di kepala, sebai warna kuning di bahu kiri, rantai panjang berbelit dua dikalungkan di leher, canggai yang dipakai di kelingking, sepatu runcing di bagian depan, dan keris hulu burung serindit pendek yang diselipkan di sebelah kiri.
Busana yang dikenakan pengantin perempuan berbeda-beda, tergantung jenis upacara adatnya.Pengantin perempuan pada upacara Malam Berinai memakai Baju Kurung Teluk Belanga.Sedangkan saat Upacara Barandam, pengantin perempuan memakai Baju Kurung Kebaya Laboh atau Kebaya Pendek.Kepala hanya memakai sanggul yang dihiasi dengan bunga-bunga.Pakaian pengantin perempuan pada Upacara Akad Nikah adalah Baju Kebaya Laboh atau Baju Kurung Teluk.Kemudian untuk pakaian pada waktu upacara Bersanding adalah Kebaya Laboh atau Baju Kurung Teluk Belanga.
Dengan demikian jelaslah bahwa pakaian tradisional dalam khazanah kebudayaan Melayu di Riau kerap dikaitkan dengan upacara adat.Upacara itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu upacara jenis kegiatan dan upacara adat-istiadat.Jenis pakaian yang dikenakan, perhiasan yang dipakai, dan warna pakaian juga ditentukan menurut jenis upacara.
3. Fungsi
Bagi masyarakat, pakaian bukan hanya berfungsi untuk melindungi tubuh, namun juga mempunyai fungsi-fungsi tertentu yang berhubungan dengan adat dan kepercayaan masyarakat. Beberapa fungsi pakaian adat bagi masyarakat Melayu adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Budaya
Pakaian tradisional dapat menjadi ciri kebudayaan tertentu dalam suatu masyarakat. Secara umum, fungsi pakaian untuk menutup tubuh. Namun, kemudian muncul berbagai aksesori dan ciri khas yang membedakan antara suatu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Bagi masyarakat, pakaian menjadi simbol yang dipakai dalam pelaksanaan upacara atau dalam acara-acara tertentu.Setiap upacara mempunyai jenis pakaian yang berbeda yang tentu saja juga berbeda dengan pakaian yang dikenakan sehari-hari.
b.Fungsi Estetik
Estetika busana Melayu Riau muncul dalam berbagai bentuk hiasan yang terdapat dalam pakaian tersebut. Selain berbagai hiasan, warna-warna dalam pakaian tradisional Riau juga mengandung makna-makna tertentu.Misalnya, warna kuning mengandung arti kekuasaan.Pakaian dengan warna seperti ini biasanya diperuntukkan bagi sultan atau raja.Warna hitam mengandung makna keberanian.Pakaian dengan warna seperti ini biasanya dipakai oleh para hulubalang dan para petarung yang melambangkan ketangkasan mereka.
c. Fungsi Religius
Pakaian tradisional melayu riau mengandung makna dan berfungsi keagamaan. Pengaruh Islam dalam tata cara berpakaian sedikit banyak berpengaruh pada pakaian daerah melayu riau, di mana fungsi pakaian adalah untuk menutup aurat. Hal ini dapat kita lihat pakaian perempuan yang berbentuk baju kurung, kerudung, dan menutupi hampir semua anggota tubuhnya.Selain dari bentuknya, fungsi religius pakaian tradisional nya juga terlihat dari simbol yang digunakan sebagai hiasan yang berbentuk bulan dan bintang.Simbol tersebut mengandung makna ketakwaan terhadap Tuhan.Fungsi religius busana Melayu di daerah ini khususnya Riau juga muncul di berbagai media yang mereka gunakan untuk upacara, misalnya adanya kelengkapan tepung tawar.  
d. Fungsi Sosial
Pakaian tradisionalnya mengandung makna dan berfungsi secara sosial. Pakaian tradisional yang dipakai masyarakat, baik yang berasal dari golongan bangsawan maupun masyarakat biasa adalah sama, yaitu baju kurung. Perbedaannya hanya terletak pada bahan dan warna yang dipilih, dikarenakan dalam tradisi masyara melayu riau warna pakaian mempunyai lambang dan makna tertentu.
e. Fungsi Simbolik
Pakaian tradisional melayu riau mempunyai makna simbolik tertentu yang dapat diterka lebih dahulu untuk mengetahui maknanya. Nilai-nilai simbolik yang terkait dengan pakaian tradisional, perhiasan, serta kelengkapannya terdapat pada kostum yang dipakai dalam upacara-upacara tradisional.Busana bukan hanya dimaknai sebagai pakaian yang dipakai, namun juga peralatan upacara yang digunakan.Beberapa makna yang terkandung dalam busana tradisional masyarakat Melayu misalnya sirih (lambang persaudaraan dan kehormatan), bibit kelapa (simbol keturunan), payung (tempat bernaung). Pakaian yang dikenakan orang-orang Melayu Riau memperlihatkan bahwa hampir setiap apa yang mereka kenakan mengacu pada simbol-simbol tertentu.
4. Nilai-nilai
Nilai-nilai yang terkandung dalam pakaian tradisional adalah sebagai berikut:
Pakaian  yang di kenakan merupakan wujud dari rasa malu atau adanya rasa malu karena mereka sudah beranjak ke kehidupan yang modern.
dan pakaian juga sebagai penutup dan pelindung dari pengaruh buruk cuaca.
sekaligus menunjukkan setatus si pemakai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar